Minggu, 04 Juli 2021

TANTANGAN MASA DEPAN



Hoax Di Grup WhatsApp Keluarga


       Hoax dalam KBBI disebut dengan hoaks yang artinya berita bohong. Selain itu, hoax juga dapat diartikan sebagai tipuan atau lelucon. Saat ini, hoax sangat mudah tersebar karena perkembangan teknologi yang sangat cepat. Hoax bisa beredar dimana saja termasuk grup WhatsApp keluarga. Biasanya, salah satu atau bahkan sebagian dari anggota keluarga ada yang mempercayai berita tersebut. Hoax sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kericuhan atau perselisihan didalamnya sehingga sebagai mahasiswa saya memiliki peran yaitu diantaranya selalu memilah informasi yang akan disebarluaskan, memastikan kebanaran berita melalui sumber yang terpercaya, memberi penjelasan mengenai hoax kepada lingkungan sekitar, dan tentunya meningkatkan literasi.


Alfina Fuji Dwi Lestari
16720079
Kelompok 113


#TantanganMasDep
#KATITB2021


Sabtu, 03 Juli 2021

Pemosisian Kebudayaan Tumpeng

 BUDAYA TUMPENGAN


OBSERVASI LINGKUNGAN

       Budaya itu sangat luas dan sangat beragam. Di lingkungan saya tepatnya di Kabupaten Bandung, terdapat salah satu budaya yang masih melekat sampai sekarang yaitu budaya tumpengan. Budaya tumpengan dirayakan apabila ada seseorang yang sedang ulang tahun, peresmian suatu acara, mengadakan pengajian, dan juga dijadikan perlombaan. Tumpeng berisi nasi kuning yang dibentuk kerucut dan ditemani oleh lauk pauk berupa ayam goreng, oreg tempe, semur telur, sambal, urap. Biasanya pada acara tumpengan, tumpeng tersebut dipotong puncaknya dan biasanya dimakan pertama oleh yang punya acara, lalu sisanya dimakan secara bersamaan.

LATAR BELAKANG BUDAYA TUMPENG

       Tumpeng merupakan gambaran kondisi geografis Indonesia yang dipenuhi gunung berapi. Hidangan ini sudah ada sejak dahulu kala untuk memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para Hyang atau arwah leluhur. Saat proses penyebaran agama Hindu di Pulau Jawa, bentuk mengerucut tumpeng dibuat untuk meniru Gunung Mahameru yang dianggap suci. Konon, gunung ini menjadi tempat para dewa. Setelah masuknya agama Islam ke Pulau Jawa arti tumpeng bergeser yang semula untuk memuliakan gunung, kemudian menjadi wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, disajikan selepas pengajian Al-Qur'an yang disantap bersama-sama.

FILOSOFIS TUMPENG

  • Tumpeng merupakan wujud dari nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, seperti dilansir dari buku Aneka Kreasi Tumpeng.
  • Bentuk tumpeng yang mengerucut, kemudian dikelilingi lauk-pauk dan sayuran merupakan simbol ekosistem kehidupan. Kerucut nasi yang menjulang tinggi berarti lambang dari keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta. Aneka lauk pauk dan sayuran di sekeliling nasi menjadi simbol isi alam.
  • Tumpeng, tidak selalu menggunakan nasi kuning, tetapi juga ada tumpeng yang menggunakan nasi putih. Warna putih pada nasi tumpeng melambangkan kesucian, sedangkan warna kuning lebih pada kekayaan dan moral yang luhur.
  • Untuk lauknya pun memiliki makna tersendiri, seperti ikan asin menandakan gotong royong. Telur rebus berarti kebulatan tekad. Gak boleh terlewat, daging ayam menjadi simbol patuh terhadap Sang Pencipta.
  • Sementara itu, sayurannya seperti kluwih menjadi simbol keinginan mendapat rezeki berlimpah-ruah. Untuk sayur urap yang terdiri dari bayam, kangkung, dan taoge memiliki makna simbol kedamaian, keyakinan, serta kesuburan.


UNSUR KEBUDAYAAN

       Unsur kebudayaan yang terkadung pada budaya tumpengan ini yaitu sistem kepercayaan dan kesenian. Tumpengan memiliki unsur kebudayaan dalam sistem kepercayaan karena fislosofis daripada tradisi tumpengan ini yaitu hubungan antara manusia dengan tuhan, alam, dan manusia dengan manusia. Sementara untuk tradisi tumpengan merupakan kesenian ini karena pada tumpeng ini terdapat nilai seni seperti keindahan warna, penyusunan lauk pauk, kreativitas bentuk dari nasi tumpeng yang kerucut yang membawa nilai keindahan sendiri bagi yang melihatnya.


PEMOSISIAN KEBUDAYAAN

TATANAN

Budaya tumpeng mengajarkan tatanan hubungan manusia dengan tuhannya.

TUNTUNAN

Budaya tumpeng memberikan tuntunan kehidupan di dunia agar seluruh manusia dapat menjalankan kehidupan yang bahagia.

TONTONAN

Budaya tumpeng dapat diposisikan sebagai tontonan karena tumpeng merupakan salah satu makanan unik, dapat ditonton oleh semua orang jika ada dalam acara terutama dalam perlombaan.



Alfina Fuji Dwi Lestari
16720079
Kelompok 113


#Mengbudaya 
#KATITB2021



Referensi 

Rabu, 30 Juni 2021

PoPoPe Mahasiswa Dimasa Pandemi untuk Lingkungan

            Pandemi Covid -19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit koronavirus 2019 di seluruh dunia untuk semua negara. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Pandemi Covid-19 di Indonesia terjadi tidak lama setelah China. Indonesia mengalami dampak yang besar di berbagai sektor akibat pandemi ini. Saat ini, di Indonesia banyak daerah yang terdampak langsung dengan adanya virus corona, baik itu disegi ekonomi maupun sosial. Bahkan, terdapat satu daerah yang sebagian besar warganya terinfeksi virus corona tersebut. Terlebih lagi saat ini Indonesia mengalami peningkatan kasus positif Covid-19 dan kemunculan varian delta yang memperparah keadaan di Indonesia. Di lingkungan saya, yaitu di salah satu desa di Kabupaten Bandung yaitu tepatnya di Desa Sangkanhurip, Kabupaten Bandung saat ini sudah banyak warga yang terjangkit virus corona dan sudah merenggut beberapa nyawa.

Beberapa hari kebelakang, kondisi lingkungan disekitar rumah saya cukup mengkhawatirkan karena letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya sudah ada lima keluarga yang terjangkit Covid-19 sehingga mereka melakukan isolasi mandiri dirumahnya masing - masing dan terdapat dua orang yang meninggal dunia karena Covid-19. Namun, kesadaran masyarakat akan bahaya dari virus ini masih kurang. Masih banyak warga yang keluar rumah untuk membeli keperluan rumah tanpa menggunakan masker, anak - anak yang bermain sepeda tanpa menggunakan masker, membiarkan anak - anak mereka berkeliaran diluar rumah, dan kurangnya hand sanitizer pada tempat umum seperti warung dan masjid. Dua hari lalu, terdapat warga yang positif Covid-19, tetapi masih berlalu lalang dijalan karena membeli keperluan. Selain itu, ada juga salah satu warga yang kondisinya positif Covid-19 yang membeli makanan melalui aplikasi gofood, tetapi berinteraksi langsung dengan driver ojolnya, sehingga tidak menutup kemungkinan orang tersebut menyebarkan dan menularkan virus kepada driver ojol tersebut. Hal ini tentunya sangat miris dan sangat perlu diperhatikan.

Mahasiwa adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi serta sebagai insan akademis yang bisa membuat perubahan atau disebut juga sebagai agent of change. Saya sebagai mahasiswa, sudah seharusnya berkontribusi dengan permasalahan yang ada dilingkungannya. Dalam menyelesaikan isu atau permasalahan yang ada di lingkungannya, saya dapat menerapkan konsep PoPoPe yaitu akronim dari Posisi Potensi dan Peran mahasiswa di lingkungannya. Seperti yang kita ketahui, posisi mahasiswa adalah bagian dari masyarakat akademis yang terlibat dalam kegiatan belajar yang posisinya tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari masyarakat biasa. Potensi mahasiswa yaitu dari ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan relasi yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Bersama serta peran mahasiswa dilingkungannya yaitu sebagai katalisator atau membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan konsep PoPoPe tersebut, saya sebagai mahasiswa berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungan saya yaitu kurangnya kesadaran akan bahaya Covid-19 dan kepedulian terhadap sesama. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga tehadap bahaya Covid-19, bisa dengan beberapa cara yaitu dengan cara yang paling mudah dilakukan saya sesuai posisi mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang tidak lebih tinggi dan lebih rendah dari masyarakat biasa adalah dengan melakukan protokol 5M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menjauhi kerumunan. Selain itu, sesuai madengan potensi mahasiswa memiliki ilmu pengetahuan yang berguna bagi khalayak ramai, saya sebagai mahasiswa dapat membuat infografis yang berkaitan tentang bahaya dari virus corona dan cara menangani dengan orang yang terinfeksi virus yang bisa disebarkan melalui media sosial agar masyarakat di lingkungan saya lebih sadar akan bahaya dari virus tersebut serta saya memahami dan selalu update dengan berita – berita yang berkaitan dengan virus corona dari sumber terpercaya yang kemudian bisa saya beri tahu kepada keluarga dan teman – teman saya bahwa kita perlu waspada dengan virus yang berbahaya ini. Salah satu peran saya sebagai mahasiswa adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengajak teman - teman yang tergabung di organisasi kecil di lingkungan saya  untuk membuat tempat cuci tangan sederhana di beberapa titik menggunakan drum dan sabun cuci tangan, menyediakan hand sanitizer di tempat umum terutama masjid sebagai tempat ibadah, serta membuat spanduk berupa himbauan untuk selalu menggunakan masker dan selalu menjaga jarak.

Sudah saatnya kita meningkatkan kesadaran dan kepedulian kita terhadap lingkungan terutama di masa pandemi seperti ini. Kita harus selalu menjaga protokol kesehatan, konsumsi makanan dan vitamin yang cukup, melakukan vaksinasi, melakukan 5M, agar diri kita sendiri dan orang – orang yang kita sayangi tidak terjangkit virus yang berbahaya ini. Mari kita sama – sama menekan kembali angka kasus Covid-19 di Indonesia dimulai dari lingkungan kita sendiri.

Stay safe and stay healthy everyone!!

#PoPoPeMahasiswa

#KATITB2021

 

Alfina Fuji Dwi Lestari

16720079

Kelompok 113

Senin, 28 September 2020

Story of My Life

Hai!!

    Namaku Alfina Fuji Dwi Lestari. Biasanya orang memanggilku alfina atau fina. Aku lahir di Kota Udang yaitu Cirebon pada tanggal 2 Desember 2001. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara sehingga aku biasa disebut dengan Si Bungsu. Aku punya kakak perempuan 1 yang umurnya cukup beda jauh denganku yaitu hampir 10 tahun. Sekarang, aku tinggal di Bandung tepatnya di Kabupaten Bandung. Jenjang pendidikanku yaitu SDN Junti Hilir 1, SMPIT Anni'mah, SMAN 3 Bandung, dan saat ini aku baru saja menginjak kuliah di ITB, doain ya semoga aku bisa lulus tepat waktu di ITB.

    Aku memiliki beberapa hobi yaitu menulis lebih tepatnya sih coret - coret, mendengarkan lagu, menonton, dan yang paling utama sih jalan - jalan. Jadi, biasanya kalau aku udah mumet banget sama yang namanya belajar biasanya aku suka ngajak temen - temenku untuk sejenak ngopi, tapi karena beberapa bulan kebelakang ini kondisinya lagi begini, jadi cuma bisa diem dirumah deh. Nah, aku punya banyak mimpi yang harus dan wajib aku capai yaitu yang salah satunya adalah menjadi pemimpin di salah satu perusahaan industri pangan. Untuk mencapai hal itu, diperlukan kerja keras dan mengenal diri ini lebih dalam. Oleh karena itu aku memulai untuk mengetahui diri dengan menggunakan SWOT yaitu Strength, Weakness, Oppurtunities, dan Threats atau Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.

    Keunggulan dari diriku pribadi yaitu selalu berpikir positif, bisa diajak kerja sama, rajin, dan semangat. Namun, disamping kelebihan, aku juga terdapat kelemahan yaitu aku cukup buruk dalam mengatur waktu, mudah cemas / panik, dan pemalu sehingga aku cukup sulit bersosialisasi pada saat ada di lingkungan baru. Peluang yang terbuka untukku saat ini yaitu berorganisasi dan mendapatkan banyak teman, sedangkan ancaman yang dapat membahayakanku saat ini yaitu saingan dan lingkungan baru.

Aku memiliki beberapa rencana mendatang yaitu :

1. Bisa aktif berorganisasi selama kuliah.

2. Bisa memperbaiki dalam hal manajemen waktu.

3. Belajar untuk mudah bersosialisasi.

4. Lulus S1 teknik pangan.

5. Memberi pengaruh positif kepada orang lain dalam bidang yang aku kuasai.

6. Memajukan pangan Indonesia.

    Dan semoga aku bisa melakukan yang terbaik agar semua ini bisa tercapai dan selalu berbuat baik kepada semua orang.

Minggu, 20 September 2020

Tantangan Masa Depan

 Isu Global Warming



    Global warming atau pemanasan global sudah menjadi isu lingkungan yang selalu menjadi perhatian di seluruh dunia. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat dari pemanasan global ini. Salah satu kasus akibat pemanasan global adalah menyusutnya jumlah flora dan fauna contohnya adalah beruang kutub. Selain itu, peneliti bernama Bill Fraser, telah melacak penurunan populasi penguin Adelie di Antartika, yang jumlahnya menyusut dari 32.000 pasangan menjadi 11.000 pasangan dalam 30 tahun. 

    Pengertian pemanasan gobal adalah proses meningkatnya suhu rata - rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi sedangkan pengertian menurut National Wildlife Federation, pemanasan global adalah peningkatan suhu udara di bumi yang mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam, seperti badai, kekeringan, dan banjir. Pemanasan global juga dapat diartikan sebagai naiknya suhu bumi secara menyeluruh, ditandai dengan es di kutub yang mencair dan temperatur di berbagai tempat di seluruh dunia yang cenderung naik.

    Isu pemanasan global ini bisa menjadi tantangan di masa depan. Seperti yang kita tahu bahwa pemanasan global atau yang biasa disebut global warming ini sudah terjadi sejak lama. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas - gas rumah kaca akibat aktivitas manusia contohnya meningkatnya jumlah kendaraan sepeda motor ataupun kendaraan roda empat yang secara otomatis meningkatkan polusi udara, sedangkan lahan hijau di dunia ini semakin berkurang karena alih fungsi menjadi perumahan dan gedung lainnya.


A. Kaitan Isu Global Warming dengan Konsep VUCA

    Global warming ini menjadi salah satu tantangan di masa depan yang sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu yang dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan global warming ini menggunakan konsep VUCA. Apa itu konsep VUCA? VUCA akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Konsep VUCA ini dapat membantu kita untuk mengetahui cara agar permasalahan dapat dicegah ataupun diselesaikan. Jika ditinjau menggunakan konsep VUCA isu pemasanan global ini dapat bersifat volatility yaitu akhir - akhir ini terjadi peningkatan ekstrim pada suhu bumi dimana hal itu dirasakan oleh seluruh dunia contohnya Bandung. Selain itu, pemanasan global juga dapat bersifat uncertainty karena terdapat data yang tidak diketahui secara pasti seperti kapan tepatnya pemanasan global ini terjadi. Lalu, pemanasan global bersifat complexity karena efek dari pemanasan global ini mempengaruhi banyak sektor seperti lingkungan, kesehatan, ekonomi dan lain - lain. Selain itu juga, pemanasan global ini terjadi karena bketerhubungan antara komponen - komponen seperti CO2, ozon dan masih banyak lagi yang mengakibatkan timbulnya rumah kaca. Dan yang terakhir pemanasan global ini bersifat ambiguity karena menimbulkan kesulitan dalam memilih langkah apa yang paling efektif untuk mengurangi efek rumah kaca ini.

B. Cara Mengatasi Pemanasan Global

    Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya pemanasan global, yaitu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengganti dengan kendaraan umum, melakukan reboisasi (penanaman pohon kembali), tidak menggunakan alat yang menghasilkan gas CFC seperti AC, menggunakan energi alternatif , berjalan kaki atau menggunakan sepeda jika berpergian dekat dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan.

    Selain itu, kita sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya menyadari betapa pentingnya kita menjaga bumi ini dengan melakukan cara yang dapat mengatasi terjadinya pemanasan global. Selain itu, kita juga sebagai generasi terpelajar bisa melakukan riset agar permasalahan ini dapat segera teratasi dengan baik.

#TantanganMasaDepan

#DuniaVUCA

#OSKMITB2020

#TerangKembali

Alfina Fuji Dwi Lestari (16720079)


Sumber referensi:

https://www.pinterest.com/pin/720857484092425677/

https://www.transformasi.org/en/about-us/our-partner/105-kategori-berita/umum/perubahan-iklim/2414-dampak-dampak-pemanasan-global-kini-semakin-nyata

https://www.liputan6.com/global/read/3872003/global-warming-adalah-dampak-dari-efek-rumah-kaca-ini-cara-mengatasinya

Senin, 22 April 2019

BAKTI DESA 2019

Hello everyone! A while ago, me and the whole 3'2020 did the Bakti Desa program. This is an annual program by the school's curriculum. Basically, the 11th graders will be going to a village and help citizens there to work. We also live in the villagers' home for 3 days and 2 nights. For our year, we went to Cibeureum village.



   In the first day, we went from school to the village by angkot. We were separated into groups in the village. I was in the same group with Faza, Shabrina, and Cynthia. The purpose of such groups is to live together in the villagers' home. After we went to our new home, we met the family and introduced ourselves. After that we were free to do anything we want as long as we were respectful to the villagers. In the evening, Mr. Ramdhani and Mrs. Dety gathered our class to discuss what shall we do to teach the children in TPA (for those of you who don't know, it's a religious 'club' for kids). After that, we played with the children and be happy in general. Then we went to our home and sleep.

   There are a lot of things that we can take from Bakti Desa. Mainly, it's to show that there are people around us who live in a poor condition and work really hard to make a living. We must be grateful, but also help them and treat them as equal. It's an important lesson.

 

TOUR BUDAYA 2019

Hello people! I just got back from Turbud 2019 to Bali and I had a really great time! It lasted for 5 days, from 17 March to 21 March. I have a lot of things to tell from this amazing experience, so here's my attempt to condense those memories in a simple blog post.

SUNDAY, MARCH 17 2019
The Departure
The day had finally arrived. We were finally going to Bali after so many tiring school days! We gathered together on Husein Sastranegara Airport. My class and two others were the last to go, unfortunately, at 13.15 if I remember correctly. On the other side, we didn't have to worry about luggage since we used AirAsia. To give some context, recently Lion Air announced a new policy that the free baggage are gone. So, we must pay some cash if our luggage is over 7 kg, or the limit of cabin luggage. The first two group used Lion Air, so we were very lucky to use an airline that still have free luggage up to 15 kg (at least domestically). However, our victory did not last well since our plane was delayed for 25 minutes. It wasn't really long, but it still sucks.



In the flight, I read The Memoirs of Sherlock Holmes (sorry for a bit of shilling here lol) and listening to various songs. Self promoting a bit, but here's a link to my playlist. Check it out if you're interested in my mediocre music taste!

After a 1 hour flight, we finally arrived at the long awaited destination. But first, we have to take our luggage in Ngurah Rai Airport. This took quite a while. Because our plane were delayed, we didn't get to go to Tanah Lot, sadly.

Jimbaran Bay Dinner
The first destination for us was Jimbaran since we didn't go to Tanah Lot. What makes this place unique is that we get to have dinner right in the beach. It's a beautiful experience to enjoy sunset, seafood, and the sound of waves crashing in the sea at the same time. Our dinner menu is fish (I don't know what kind of fish it was I'm sorry), shrimp, deep fried squid, and roasted clams. It was all very delicious, however we didn't get to enjoy the meal for long since suddenly rain pours really hard. It's only been the first day and the trip already took an unexpected turn... nevertheless, I'm still happy that I did get to see a beautiful sunset and great dinner.

Jimbaran Beach

Quest Hotel
Because it was raining, we went to the hotel 2 hours earlier. Thankfully, the hotel was very nice and comfortable. I shared the same room with my friend Amara and Mahyana.


MONDAY, MARCH 18 2019
Tanjung Benoa Watersports
The first place to visit in the second day of Turbud was Tanjung Benoa. Here we can play many variations of activities to do on the sea, such as parasailing, banana boat, and much more. These activities are quite pricey, sadly, so most of us only played once. Me and my friends decided to play Flying Fish. Basically, a speedboat will hold a rubber boat resembling a fish really fast so that the boat will fly around 2-3 meters above the sea. It was adrenaline-rushing in a great way. The ride lasted for 10-15 minutes. After that, we walked around the beach and enjoying the chilling sea water under the sun.
Green algae! 


Pandawa Beach
According to our tour guide, this beach is considered to be new in Bali. At first Pandawa Beach was only used for Hindu ceremonies, however the locals saw a tourism potential in the beach and decided to work together with the government to make this movie more accessible to tourists, since it was located near a cliff. The beach itself was very beautiful. There were five Pandawa Gods statues in front of the beach, hence the name. Those statues were really huge and impressive. But since we arrived there in the middle of the noon, it was very hot! Most of us, including myself, was sweating like crazy. But the sight of the beach made this visit worth it.

The beach was so hot that this picture looked very saturated

Garuda Wisnu Kencana
After a trip on the beach, we visited Garuda Wisnu Kencana. There was a very huge statue of Hindu God Vishnu and Garuda in that place. The Vishnu statue was so large that it was even visible back in Jimbaran. On GWK, we took pictures of each class and 3'2020 as a whole in the Lotus Pond, in front of Garuda statue. After that, we can do everything we wanted, like taking selfies or walk around the site. Some people even rented a bike. I would've rent it if  I'd known how to use one.

Vishnu statue in Garuda Wisnu Kencana

Devdan Theater
The last place that we visited was Devdan theater in Nusa Dua. Before watching, we were given a Hoka Hoka Bento for dinner, but our bus' meal was invaded with a bunch of ants somehow. I still don't understand where those ants came from, but we ate it anyway since we didn't have any other choice for dinner. After eating dinner, we finally went to Devdan theater. The show started around 19.00 and I was amazed by it. The show was about two tourists discovering the wonder of Indonesia by opening some magical treasure chest. However, that plot wasn't the main focus here, what makes this show so mesmerizing was the choreography, the properties, and dance. We also learned some cultural knowledge from this, since the show took us to various Indonesian islands along with their famous cultures. Props to all the crew for making this show an amazing experience. Too bad that we weren't allowed to take any pictures, so I didn't have any photos this time. 
TUESDAY, MARCH 19 2019
Pura Tirta Empul
Our first destination of the day was Pura Tirta Empul. This pura is famous for its natural water springs. According to our tour guide, there's also a myth that if you see a really huge fish on the spring, you will be a lucky person. Before entering this sacred place, you must wear a piece of cloth. It's a custom. Anyway, other than water springs, this place also have a pure bathing place. We weren't allowed to bath there though. There was also a fish pond that was filled with so many koi fish. The size varied, from small to really huge. Man, it's such a shame that I caught a bad flu this day so I didn't get to enjoy it to the fullest. 

Fish pond in Tirta Empul
Pura's sign in front of the place
Panglipuran Village
Next, we went to Panglipuran Village. This village is known for being one of the cleanest village in the world. The size of the village was around 45 Ha from what I remember, and it was split in half. The first half is for the residents to live, and the rest of it is untouched. Other things that makes this village stood out from the rest is that every house had the same gapura. It was a really unique village, so it's such a shame that around 15 minutes of sightseeing, the rain pours really hard. We had to take shelter to local residents (which was very nice by the way) and wait for the rain to be over for like half an hour. Thankfully, someone in my class brought us raincoats and umbrellas so that we could go back to the bus.
One of the house in Panglipuran Village

Makrab 3'2020
We went back to Quest Hotel around 17.00 to prepare for Makrab 3'20. Makrab itself is short for Malam Keakraban, or "Solidarity Night" in English. The main point of this event is to make 3'20 more solid and close to each other, and in general have fun together. We arrived at Nirmala Hotel on 19.00. Before the main event, we had dinner at the hotel. It's such a shame that the dinner tables were limited, so we had to wait in turn to eat. After dinner, Makrab started. There were various performances from extracurricular such as Musik Klasic, Tiloe's Theater, and Band 3. Other than performances,there were also games and award shows, which were costume contest and miscellaneous award with various categories. Makrab ended (well this wasn't really the end, just near the end I guess) with giveaways, from 32 GB flashdisk to Samsung phones. I didn't win, of course, and I really didn't expect to considering how bad my luck is on giveaways. Congrats for the winners though! The event ended at 01.00 in the morning. We were all tired and desperate to sleep, especially me since this horrible flu was killing me. After we arrived at the hotel, I immediately jumped to sleep. Well, after packing because tomorrow is the last day we traveled in Bali. Time flies so fast :/

The stage of Makrab 3'20

WEDNESDAY, MARCH 20 2019
Kuta Beach
After check out from the hotel, we went to Kuta Beach. Because the road couldn't be passed by bus since it was way too small, we had to use a smaller transportation to go there. It was similar to angkot, but instead of green or cream, the transport was colored blue. After 10 minutes, we arrived at Kuta. One thing that makes Kuta famous is the huge waves. It was still morning yet the waves was much bigger than other beaches that we visited. It was also full moon, but still. This is why many surfers love going to Kuta. There were even some surfers there in the morning. However, it's very disappointing that this beach had plastic waste problem. Thankfully, Bali has a new policy to stop using plastic bag in hope to reduce the waste.

Pollution is ruining Kuta!
Since we wouldn't want to just walk around the beach for like 2 hours, we went to the beachwalk. We bought some frosty from Circle K since the day was really hot. Around 11.00, we went back to our bus.

The ocean waves

Cute doggo really loved the beach

Bedugul
After buying some merchandise for the loved one in hometown, we went to Bedugul. Bedugul itself is a pura that is located in a lake. It's located in the higher part of Bali, so it was much cooler than the beach. Other than pura, there was also a vihara. I didn't see the vihara itself but I saw a lot of monks in the site. One thing that I didn't expect from Bedugul was the size. It was really huge! I thought the place only had pura, but there was even a huge park with some kids playground in it. I really enjoyed my time here since my flu was getting better. My friends thought I was really weird since yesterday I stayed quiet, but whatever. What matters is that I'm very happy to be here, despite that Bedugul was our last tourism destination... :/

Pura in the lake
Pura from a different perspective


After visiting Bedugul, we went to Gilimanuk port to go to Surabaya. Yes, Tur Budaya is over. Just like that. It's so... melancholic.
THURSDAY, MARCH 21 2019
Goodbye Bali!
It's really over. The long awaited holiday... gone. After arriving at Ketapang using ferry ship, we went to some restaurant that also provided bathrooms. I had a horrible experience here since when I showered I saw a gross cockroach. I consider myself to have severe Katsaridaphobia, so when seeing this horrible creature, I just can't help but pray to God so that it will leave me alone. Long story short, after surviving the cockroach tragedy, we went to Gubeng Station. The train left Surabaya at 16.30 and arrived around 05.00 in Bandung. And this is the official end of Tur Budaya 2019. 


I can't believe it's already over and I had to go back to reality and face the horror that is Research Based Learning (next post is probably about this), but as the wise Dr. Seuss said, "Don't sad because it's over, smile because it happened.". Overall, Turbud 2019 in my opinion is a positive experience that I will never forget. Thank you guys for reading this blog post!